PENGANTAR UMUM abk
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik berbeda dengan anak pada umumnya secara mental, emosi atau fisik. Anak berkebutuhan khusus ini mempunyai perbedaan dalam hal; ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun campuran dari dua atau lebih hal-hal di atas dari rata-rata anak normal (Ginting, 2020); Sedangkan jenis anak berkebutuhan khusus itu sendiri diatur dalam Permendiknas No 70 tahun 2009 antara tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda.
i. ABK Dengan Disabilitas Sensori
a) Disabilitas penglihatan
ABK dengan disabilitas penglihatan merupakan anak yang memiliki disabilitas daya penglihatan sehingga membutuhkan layanan secara khusus dalam kehidupan sehari-hari maupun pendidikannya. Anak dengan disabilitas penglihatan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok low vision dan totally blind. Pada kelompok low vision, anak masih mampu melihat dengan ketajaman penglihatan 20/70 atau melihat dari jarak 6 meter (penglihatan orang normal dapat melihat dari jarak 21 meter). Sedangkan pada kelompok totally blind, mereka sudah tidak bisa memfungsikan penglihatan, kemampuan visual, ataupun tidak bisa merasakan adanya sinar / sumber cahaya.
b) Disabilitas pendengaran
ABK dengan disabilitas pendengaran merupakan anak yang tidak dapat medengar atau kurang mendengar dikarenakan terganggunya fungsi indera pendengaran baik bagi mereka yang menggunakan alat bantu dengar atau tidak. Disabilitas fungsi pendengaran berdasarkan tingkat beratnya disabilitas, dikelompokkan menjadi beberapa jenis.
Diantaranya adalah jenis ringan dengan tingkat disabilitas 27-40 dB, jenis sedang pada 41-55 dB, jenis agak berat pada 56-70 dB, jenis berat pada 71-90 dB, serta jenis berat sekali pada 91 dB.
II. ABK Dengan Disabilitas Intelektual
a) Disabilitas intelektual
ABK dengan disabilitas intelektual adalah mereka yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata dengan menunjukkan disabilitas fungsi kecerdasan secara umum berasa di bawah usia kronologisnya, sehingga membuat mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus. Disabilitas intelektual dapat dikelompokkan berdasarkan berat-ringannya ketunaan yang mereka alami. Pada disabilitas intelektual ringan, IQ rata- rata mereka adalah kisaran 50 s/d 70 yang dalam hal ini mereka masih termasuk kelompok yang mampu didik. Selanjutnya ada disabilitas intelektual sedang dengan IQ 30 s/d 50. Kemudian yang terakhir adalah disabilitas intelektual berat dengan IQ rata-rata 30 ke bawah yang dalam kegiatan sehari-harinya membutuhkan bantuan orang lain atau bisa dikatakan sebagai anak mampu rawat.
b) Lamban belajar
Lamban belajar atau disebut juga dengan slow learner adalah suatu kondisi disabilitas intelektual yang ditunjukkan dengan hasil tes IQ berkisar antara 80-90. Kondisi ini berdampak pada proses pemerolehan informasi dan pengolahan informasi saat belajar yang secara umum lebih lambat dibandingkan anak dengan IQ rata-rata (>90). Adapun kondisi lamban belajar memiliki karakteristik sebagai berikut:
· Pencapaian akademik di bawah rekan-rekan seumurannya.
· Rentang konsentrasi yang pendek
· Kemampuan berimajinasi dan berpikir kreatif yang terbatas
· Lambat dalam memberikan respon
· Kemampuan mengingat yang terbatas
· Kemampuan untuk berpikir abstrak, melakukan evaluasi dan menentukan konsekuensi terbatas
· Kemampuan pengelolaan diri, dan adaptasi lingkungan terbatas
· Kemampuan untuk menyampaikan gagasan, menyampaikan kondisi yang abstrak mengalami kesulitan (Parveen, Reba &
Khan, 2014).
c) Kesulitan belajar spesifik
ABK dengan kesulitan belajar ditandai oleh ketidakmampuan dalam mengikuti pelajaran serta berdampak pada hasil akademiknya dengan kesalahan dalam hal membaca (diseleksia), menulis (disgrafia), dan berhitung (diskalkulia). Kesalahan-kesalahan tersebut akan selalu terus menerus ada selama seumur hidup.
ABK dengan kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik pada setiap jenisnya. Pada ABK yang mengalami kesulitan membaca (disleksia), mereka memiliki karakteristik antara lain : perkembangan kemampuan membaca yang terlambat; kemampuan memahao isi bacaan yang rendah; serta sering melakukan banyak kesalahan saat membaca.
Selanjutnya pada ABK yang mengalami kesulitan belajar menulis (disgrafia), mereka memiliki karakteristik di antara lain : saat menyalin tulisan, ia sering terlambat selesai; sering salah dalam menulis huruf b dengan d, p dengan q, v dengan u, 2 dengan 5, 6 dengan 9, dsb.; hasil tulisannya jelek dan tidak terbaca; tulisannya banyak salah/terbalik/hurufnya hilang; serta sulit menulis dengan lurus pada kertas tak bergaris.
Yang terakhir, pada ABK yang mengalami kesulitan belajar berhitung (diskalkulia) memiliki karakteristik antara lain : sering salah dalam menulis angka 2 dengan 5, 6 dengan 9, dan sebagainya; bingung atau rancu dengan simbol-simbol matematis seperti tanda +, -, x, :, .
III. ABK Dengan Disabilitas Fisik Dan Motorik
Anak berkebutuhan khusus dengan disabilitas fisik adalah mereka yang mengalami kesulitan yang berat atau tidak dapat melakukan gerak dasar dalam kehidupan sehari-hari seperti berjalan dan lain sebagainya. Sedangkan pada disabilitas motorik dapat kelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelainan pada sistem serebal (cerebal palsy) dan kelainan pada sistem otot serta rangka (musculus skeletal system).
IV. ABK Dengan Disabilitas Emosi Dan Sosial
a) Disabilitas emosi sosial
Anak berkebutuhan khusus dengan disabilitas emosi sosial adalah mereka yang memiliki perilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat maupun sangat berat yang terjadi pada usia anak maupun remaja. Perilaku ini dikarenakan terganggunya perkembangan emosi dan sosial anak yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungannya. Beberapa ciri ABK dengan disabilitas emosi sosial diantaranya adalah : cenderung membangkang; mudah terangsang emosinya; sering melakukan tindakan agresif, merusak, emngganggu; sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum; serta cenderung memiliki prestasi belajar dan motivasi yang rendah atau jarang masuk sekolah dikarenakan sedang membolos.
b) Spektrum autis
Autis dalam perkembangannya sebelum tahun 2013 merupakan bagian dari disabilitas perkembangan pervasif bersama disabilitas asperger dan PDD-NOS berdasarkan DSM-IV Revisi. Lebih lanjut sejalan dengan dirilisnya DSM-V TR pada tahun 2022, disabilitas perkembangan pervasif berubah menjadi spektrum autis, sehingga istilah autis, disabilitas asperger, dan PDD-NOS tidak lagi digunakan melainkan menggunakan istilah spektrum autis/autis.
Karakteristik anak dengan spektrum autis berdasarkan DSM-V TR (American Phsyciatric Association, 2022) secara umum terbagi atas dua hambatan yakni: komunikasi sosial, dan perilaku, dengan penjelasan mendetail sebagai berikut:
Kurangnya komunikasi dan interaksi sosial yang bersifat menetap pada berbagai konteks.
a) Kekurangan dalam kemampuan komunikasi sosial dan emosi. Contohnya kemampuan sosial yang tidak normal dan
kesulitan melakukan komunikasi dua arah.
b) Terganggunya perilaku komunikasi non-verbal yang digunakan untuk interaksi sosial. Integrasi komunikasi verbal
dan non-verbal yang sangat parah, hilangnya kontak mata, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
c) Kekurangan dalam mengembangkan, mempertahankan hubungan. Contohnya kesulitan menyesuaikan perilaku
pada berbagai konteks sosial, kesulitan dalam bermain imajinatif atau berteman, tidak adanya ketertarikan
melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya.
Perilaku, pola perilaku, ketertarikan, dan aktivitas yang terbatas serta repetitif yang termanifestasi minimal dua dari perilaku berikut:
a) Pergerakan motor, berbicara, dan penggunaan objek – objek yang repetitif dan stereotip. Misalnya: perilaku stereotip
yang sederhana, menata mainan-mainan atau membalikkan objek.
b) Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal atau non-verbal yang
diritualkan, contohnya stress ekstrim pada suatu perubahan yang kecil, adanya kesulitan pada proses perubahan.
c) Kelekatan dan pembatasan diri yang tinggi pada suatu ketertarikan yang abnormal. Contoh: kelekatan yang kuat
atau preokupasi pada objek-objek yang tidak biasa, pembatasan yang berlebihan atau perseverative interest.
d) Hiperaktivitas/hipoaktivitas pada input sensori atau ketertarikan yang tidak biasa pada aspek sensori pada
lingkungan. Contoh: sikap tidak peduli pada rasa sakit, respon berlebihan terhadap suara, serta kekaguman visual
pada cahaya.
Sebelum tahun 2013, berdasarkan DSM-IV TR, klasifikasi autis terdiri atas: autis, asperger, dan PDD- NOS. Perkembangan terbaru pada DSM-V TR autis merupakan kondisi spektrum dimana, setiap individunya memiliki perbedaan tingkat disabilitas di masing-masing aspek perkembangannya.
c) ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)/ Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
ADHD berdasarkan DSM V TR (2022) ditandai dengan dua hambatan umum yakni:
Kurang perhatian dengan ciri spesifik sebagai berikut:
- Sering gagal untuk memberikan perhatian yang cermat terhadap detail atau membuat kesalahan ceroboh dalam tugas sekolah atau di aktivitas lain
- Sering mengalami kesulitan memusatkan perhatian pada tugas atau aktivitas bermain.
- Seringkali tampak tidak mendengarkan ketika diajak bicara secara langsung.
- Seringkali tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan tugas sekolah
- Sering mengalami kesulitan mengatur tugas dan aktivitas.
- Sering menghindari, tidak menyukai, atau enggan melakukan tugas yang membutuhkan usaha mental dalam jangka waktu yang lama (seperti tugas sekolah atau pekerjaan rumah).
- Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas dan aktivitas (misalnya peralatan sekolah, pensil, buku, peralatan, dompet, kunci, dokumen, kacamata, telepon genggam).
- Sering mudah terganggu
- Sering pelupa dalam aktivitas sehari-hari.
· Hiperaktif dan Impulsif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Sering gelisah dengan atau mengetuk tangan atau kaki, atau menggeliat di kursi.
- Sulit untuk tetap duduk diam.
- Sering melakukan kegiatan ekstrim seperti berlari atau memanjat dalam situasi yang tidak sesuai.
- Seringkali tidak dapat bermain atau mengambil bagian dalam kegiatan waktu luang dengan tenang.
- Sering "di perjalanan" bertindak seolah-olah "digerakkan oleh motor".
- Berbicara secara berlebihan
- Sering melontarkan jawaban sebelum pertanyaan selesai.
- Kesulitan menunggu giliran.
- Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya, menyela pembicaraan atau permainan)
Lebih lanjut berdasarkan jenis gejalanya, ADHD dikelompokkan menjadi 3 yakni:
· Gabungan: jika terdapat cukup gejala dari kedua disabilitas yaitu kurang perhatian dan hiperaktivitas-impulsif.
· Hambatan Perhatian: jika gejala kurang perhatian cukup, tetapi tidak hiperaktivitas-impulsif.
· Hambatan Hiperaktif-Impulsif : jika gejala hiperaktif-impulsif cukup, tetapi tidak kurang perhatian